Lindungi jantung Anda dengan daun sukun
Daun sukun bisa melindungi Anda dari penyakit jantung. Benarkah? Ya, salah satu khasiat daun tanaman anggota famili Moraceae itu adalah pelindung jantung. Riset riset ilmiah peneliti di Pusat Penelitian Kimia LIPI, Bandung, Provinsi Jawa Barat, Tjandrawati Mozef MSc membuktikan hal itu. “Ekstrak daun sukun berperan menjaga jantung dari kerusakan sistem kardiovaskuler,” kata Tjandrawati.
Organ sekepalan tangan itu bertugas menyediakan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme berupa karbondioksida. Kerja itu terkait erat dengan peredaran darah. Jantung memompa darah yang membawa oksigen agar tersebar ke suluruh tubuh. Sayangnya, gaya hidup dan pola makan yang salah membuat kerja organ itu terganggu.
Setidaknya sekitar 1-miliar penduduk dunia menderita sakit jantung. Menurut dokter spesialis jantung di Rumahsakit Omni Pulomas, Jakarta Timur, dr Henry Pakpahan SpJP, jumlah penderita sakit jantung di Indonesia tinggi. “Itu seiring berubahnya gaya hidup,” kata Henry. Penderita sakit jantung di Amerika Serikat mencapai 6,2% atau 50-juta; China 13,7% (156-juta); Kanada 22% (7-juta), dan Mesir 26,3% (2,4-juta) dari total jumlah penduduk.
Turun kolesterol
Tjandrawati membuktikan keampuhan daun sukun melindungi jantung melalui uji in vitro dan in vivo. Ia mengekstrak daun sukun dengan berbagai pelarut alami. Pada uji in vitro ekstrak etil asetat menunjukkan adanya efek sitoprotektif atau perlindungan terhadap sel endothelium, yakni selapis sel di antara aliran darah dan dinding pembuluh darah. “Sel endotel berperan mengatur otot polos pembuluh darah, hemostatis, koagulasi atau penggumpalan darah, dan pertahanan tubuh,” kata Tjandrawati.
Oleh karena itu ketika fungsi jaringan endothelium terganggu, maka fungsi pembuluh darah ikut terganggu sehingga dapat berdampak pada gangguan fungsi jantung. Ekstrak daun sukun kaya akan flavonoid. Menurut kajian Kelompok Penelitian Kimia Organik Bahan Alam ITB, Bandung, famili Artocarpus atau nangka-nangkaan dikenal sebagai sumber yang kaya akan turunan flavonoid terprenilasi atau tergeranilasi.
Dalam uji in vivo menggunakan tikus, Tjandrawati membuktikan bahwa kombinasi flavonoid dan betasitosterol yang terkandung dalam ekstrak daun sukun berdosis 100 mg dan 20 mg/kg bobot tikus dapat mengurangi agregasi platelet – penggumpalan trombosit. Itu karena terjadi pengurangan thrombus atau gumpalan darah dan menurunkan vikositas alias kekentalan darah. Pada akhirnya daun sukun melindungi jantung dari iskemia akut atau kurangnya aliran darah ke jantung. Iskemia akut menyebabkan gagal jantung.
Pemberian ekstrak daun sukun juga menyebabkan kadar kolesterol tikus melorot signifikan. Semula kadar kolesterol tikus 158 mg/dl; turun menjadi 115 mg/dl set elah pemberian 150 mg per kg bobot tubuh tikus. Selain itu daun sukun menghambat akumulasi lemak di dinding pembuluh darah aorta tikus.
Pada uji toksisitas akut dan subkronis juga melibatkan mencit jantan dan betina masing-masing 50 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok. Selama 14 hari dengan pemberian ekstrak daun sukun setiap 24 jam dosis tertinggi 16 g/kg bobot tubuh tidak ditemukan adanya kematian. Selain itu juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda toksisitas baik dari perilaku hewan maupun fungsi organ penting jantung, hati, dan ginjal dengan ditinjau dari parameter biokimiawinya.
Pada uji toksisitas subkronis dengan tikus jantan dan betina masing-masing 40 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok, pemberian ekstrak sukun selama 90 hari tidak menunjukkan gejala toksisitas, bahkan pada dosis tertinggi 333 mg/kg bobot tubuh. “Dosis tertinggi tidak mempengaruhi fungsi jantung, ginjal, hati, dan darah,” kata master Biokimia alumnus Universitas Nancy di Perancis itu.
Anti kanker
Selain melindungi jantung, daun sukun terbukti mencegah inflamasi atau peradangan. Jurnal West Indian Medical melansir hasil penelitian Singh dan rekan, tentang khasiat daun sukun antiinflamasi. Dalam riset itu Singh membuat semua tikus mengalami oedema atau peningkatan cairan di interstisial. Mereka memberikan 15 mg, 30 mg, dan 60 mg rebusan daun sukun per kg bobot tubuh kepada masing-masing kelompok.
Hasilnya pada dosis 60 mg terjadi penghambatan radang signifikan (p<0.05) dari 60 menit sampai 4 jam. Pada dosis terendah (15 mg per kg dan 30 mg per kg) tidak menghasilkan penghambatan yang signifikan dibanding kontrol.
Selain itu daun sukun juga berkhasiat antikanker. Riset in vitro Song Chwan Fang dan rekan di Chung Hwa University of Medical Technology, Taiwan, mengungkap ada 3 turunan geranyl chalcone baru yang terdapat di daun sukun. Ketiganya adalah isolespeol, 5′-geranyl-2′,4′,4-trihydroxychalcone, dan 3,4,2′,4′-tetrahydroxy-3′-geranyldihydrochalcone.Isolespeol merangsang apoptosis atau program bunuh diri sel.
Di tanahair, sebagian kecil masyarakat secara turun-temurun memanfaatkan daun sukun untuk mengobati liver, inflamasi (peradangan), ginjal, dan sakit gigi. Menurut herbalis di Malang, Provinsi Jawa Timur, Wahyu Suprapto, daun sukun terbaik untuk obat adalah tak terlalu tua dan mulai menguning. Wahyu biasanya meresepkan 1 lembar daun sukun yang diiris-iris menjadi potongan kecil-kecil untuk menyembuhkan penyakit hepatitis. Monsumsi rebusan daun sukun 3 kali sehari. Kebiasaan mengonsumsi daun menjari itu juga ternyata langkah bijaksana melindungi jantung.
Sukun Multiguna
Seorang dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Ir Sutrisno Koswara, MSi, memastikan bahwa seluruh bagian sukun bermanfaat. “Daun sukun yang agak kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis,” kata Sutrisno. Itu berkat kandungan fenol, quercetin, dan champorol. Faedah lain, daun sukun menyembuhkan kulit bengkak dan gatal.
Masyarakat Ambon, Provinsi Maluku, memanfaatkan getah sukun sebagai bahan pembuat dempul. Caranya dengan mencampur getah sukun, tepung sagu, gula merah, dan putih telur bebek. Sedangkan kayunya sebagai bahan pembuat perahu supaya kedap air. Apalagi kayunya tahan terhadap serangan rayap sehingga pas untuk membuat rumah.
Akar daun sukun terbukti secara ilmiah sebagai antituberkulosis (TB) dan antiplasmodial (antimalaria). Menurut riset yang dilakukan Surat Boonphong dan rekan di Departemen Kimia, Chiang Mai University, Thailand, itu berkat kandungan 9 senyawa prenylated flavonoid yang terdapat di akar. Aktivitas antituberkulosis melawan Mycobacterium tuberculosis terjadi pada konsentrasi minimum 25 µg per ml. Sedangkan pada IC50 3,5 µg per ml berlangsung aktivitas antiplasmodial menengah melawan Plasmodium falciparum.
Lain lagi dengan penduduk Fiji. Mereka memfermentasi buah sukun untuk konsumsi. Sebelumnya mereka merebus buah tanpa kulit dan menghaluskan menjadi pasta. Fermentasi berlangsung 2 – 270 hari, tergantung kebutuhan. Masyarakat setempat membakar atau mengukus mandrais alias sukun hasil fermentasi. Olahan lain, seperti kebiasaan di Jawa Timur adalah memanfaatkan buah sukun menjadi tapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar