Guru yang
Profesional dan Efektif
Oleh : Prof. Suyanto, Ph.D
Membimbing siswa dalam diskusi kelompok |
Pada era otonomi pendidikan, pemerintah daerah
memiliki kewenangan yang amat besar bagi penentuan kualitas guru yang
diperlukan di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu di masa yang akan
datang, daerah benar-benar harus memiliki pola rekrutmen dan pola pembinaan
karier guru agar tercipta profesionalisme pendidikan di daerah.
Dengan pola rekrutmen dan pembinaan karier guru yang
baik, akan tercipta guru yang profesional dan efektif. Untuk kepentingan
sekolah, memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci
keberhasilan bagi proses belajar-mengajar di sekolah itu. Bahkan, John Goodlad,
seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang
hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan
proses pembelajaran. Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan titel: Behind
the Classroom Doors, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika para guru
telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas
pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini sangat masuk akal,
karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di
kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan
virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi, jika kita
meminjam terminologi dari teorinya McCleland. Di dalam kelas itu seorang
guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir
divergent dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar
terkait dengan fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan
pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif –
hipotetik, dan sintetik (thought provoking questions).
Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu
besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil
sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi
siswa di kelas. Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran
yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar,
mengabaikan aspek afektif, dan dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam
kategori banking concept of education-nya Paulo Friere, atau learning to
have-nya Eric From. Pendek kata, untuk melindungi kepentingan siswa, dan juga
untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di daerah dalam jangka panjang di
masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing
ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar.
Dalam konteks otonomi pendidikan, hasil penelitian
John Goodlad tersebut memiliki implikasi bahwa pemerintah daerah perlu menciptakan
sebuah sistem rekrutmen dan pembinaan karier guru agar para guru benar-benar
memiliki profesionalisme dan efektivitas yang tinggi supaya ketika ia memasuki
ruang kelas mampu menegakkan standar kualitas yang ideal bagi proses
pembelajaran. Suatu pekerjaan dikatakan profesional jika pekerjaan itu memiliki
kriteria tertentu. Jika kita mengikuti pendapat Houle, ciri-ciri suatu
pekerjaan yang profesional meliputi: (1) harus memiliki landasan pengetahuan
yang kuat; (2) harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar
KKN-pen.); (3) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi; (4) ada kerjasama dan
kompetisi yang sehat antar sejawat; (5) adanya kesadaran profesional yang
tinggi; (6) memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik); (7) memiliki sistem
sanksi profesi; (8) adanya militansi individual; dan (9) memiliki
organisasi profesi. Dari ciri-ciri ini Kantor Dinas Pendidikan di daerah dapat
menterjemahkan ke dalam sistem rekrutmen dan pembinaan karier guru agar
profesi-onalisme guru dapat selalu ditingkatkan di daerahnya masing-masing.
Tanpa berbuat seperti itu kualitas guru akan selalu ketinggalan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, agar guru tetap
profesional perlu ada sistem pembinaan karier yang baik, tersistem, dan berkelanjutan.
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di
kelas secara efektif. Kemudian, bagaimana ciri-ciri guru yang efektif ? Menurut
Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar
ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari: Pertama,
memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian
dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki keterampilan interperso-nal, khususnya
kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
(2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui, dan
memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang
tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja
sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa
dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu
mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap
diskusi; (8) mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen
pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan
menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan
pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses
pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan
tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian
umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang
terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon
siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang
lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang
kurang memuaskan; (4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika
diperlukan.
Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan
diri, terdiri dari: (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara
inovatif; (2) mampu mem-perluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode
pengajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk
menciptakan dan mengembang-kan metode pengajaran yang relevan.
Saya setuju dengan pernyataan di atas, hanya saja pada
hal ketiga ( 2 ),membantu siswa yang lamban belajar karena tingkat
kecerdasannya rendah dengan memberikan respon pada siswa agak sulit dilakukan
dan butuh waktu lama. punya ssolusi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar