Senin, 09 April 2012

Cerpen Kehilangan: DITINGGAL SOSOK IBU



DITINGGAL SOSOK IBU

Oleh:  Siska Sudjatnika, S.E


Pagi itu saya terbangun melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00, “ aduh aku kesiangan untuk berangkat kerja”… (sambil menggaruk garuk kepala). Nene pun dari subuh sudah membangunkanku, aku langsung pergi ke kamar mandi untuk bersiap siap ke kantor.

Alhamdulillah, pagi itu nenek sudah menyiapkan aku sarapan.setiap pagi kita selalu berbincang bincang.

(Nene yang mengurus aku dari umurku 10 bulan, sampai aku lulus sarjana S1. Orang tua ku sudah berpisah, mama sudah menikah dan papa pun sudah menikah dengan mempunyai putra 1 dan putri 1.)
Setelah berbincang bincang, akupun berangkat ke kantor dengan menggunakan motor. Aku sibuk dengan pekerjaanku sampai akhirnya aku pulang kerja. Datang kerumah “mih, bukain pintunya”
Mamih pun membuka pintu. Aku senang masih bisa melihat senyum nya, aku pun ke kamar dan ganti baju.

Setiap hari rutinitas begitu, sampai pada akhirnya pada bulan puasa hamper mau lebaran 2011. Nene ku jatuh sakit “ mih, gmn sekarang keadaannya?” aku menghampiri nene sedang terbaring di tempat tidur.

“ mih dirawat yah di rumah sakit , biar cepet sembuh”, mamih pun menjawabnya dengan suara lirih” tidak mau, mamih pengen tetep di rumah”.

Aku sedih melihat nene terbaring ditempat tidur, ingin menangis hati ini!aku tetep kuat menghadapi semuanya, nene satu”nya yang aku anggap sebagai mama.

Suatu ketika malam hari nene akhirnya dibawa ke rumah sakit dia berkata “ sis, tolong jaga semuanya yah? Mamih mau pergi sebentar lagi mamih mau meninggal, jaga rumah baik- baik”.

Aku sedih mendengar hal itu, nene pun dibawa ke rumah sakit. Setelah 2 minggu kemudian, nene tiba di rumah. “ Alhamdulillah, akhrinya mamih sembuh” (berbicara dalam hati).

Setelah sembuh nene segera menyiapkan semua persiapan syukuran untuk berangkat haji,karena tanggal 10 oktober 2011 mamih berangkat. Tanggal 25 september 2011 pagi itu mamih sudah teriak teriak untuk diberesin “ sis, beresin beresin itu”.

Akupun menjawab” aduh mamih pagi- pagi udah riweuh, santai atuh.. masih lama juga”
Aku tidak menyangka kalau hari itu adalah hari terakhirku bertemu nene, aku menyiapkan semuanya termasuk makanan, karpet dll nya.

Acara pun dimulai, aku melihat mamih terlihat pucat.” Mih, udah makan belum?”aku menyapa nene.

“ nanti aja”dengan nada rendah neneku menjawabnya.

Syukuranpun berlangsung, selesailah pukul 13.00, kami pun semua keluaraga beristirahat. Dan anehnya nene ku ingin tidur di kamarku, tiba- tiba pukul 14.00 nene manggil aku. Aku tertidur di lantai ruang tamu.

Aku terbangun ”ada apa mih?” Aku kaget melihat mamih “mih kenapa kok badan mamih gemetaran begini” aku berkata sambil menangis.

Mamih menyampaikan sesuatu ”mamih mau sekarang meninggal, tolong jaga semuanya”

Aku berteriak ” Rian, Anda, Ramdan…. Tolongggggg Siska”.

Mereka pun dating dengan mata merah karena terbangun dari tidur ”ada apa teh?” kata Rian.

Aku hanya bias menangis melihat nene ku kritis. Melihatnya antara hidup dan mau menghembuskan nafas yang terakhirnya, semua keluargapun berkumpul termasuk pamanku. Semuanya menangis. Kita bersama – sama membantu nene untuk mengucapkan “ laailahaillah… laailahaillah…” seterusnya.. Akhirnya nene pun meninggal pukul 15.15 tepat Ashar tiba.

Itulah akhir dari semuanya, aku benar – benar kehilangan. Sosok ibu pun telah hilang. Setelah beberapa minggu kemudian, aku pun pindah rumah. Untuk menjadi seorang yang mandiri. Sampai hari ini, aku bisa menjadi seorang perempuan mandiri tanpa adanya sosok ibu.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar