Metode ini diprogramkan
pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada
waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya
disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD/MI.
Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik
melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada
bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan
tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi
dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah.
Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas)
dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS :
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian kedua Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui
pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita.
Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai
dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara
structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya :
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah
mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak.
menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya :
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini
untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode
SAS ialah keterampilan memilih kata, kartu kata dan kartu kalimat. Sementara
anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang
lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti.
Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat,
membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain
selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga
digunakan.
Pengertian Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Menurut Supriyadi (1996),
pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan
gambar, yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS
menurut Djauzak (1996) adalah suatu metode pembelajaran menulis permulaan yang
didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan
menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional metode SAS
mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar
menghasilkan Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural Analitik
Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru bercerita atau berdialog dengan siswa.
2. Memperlihatkan ambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yangd iambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf–huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam
setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan dengan
metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan struktur analitik
sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang harus
diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang sederhana.
Guru harus dapat menentukan jenis tulisanyangakandiajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt,1 989 : 227), ada lima alas an perlunya diajar menulis
huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu mengakomodasikan
dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan
dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena
huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah baiknya pada awal belajar
menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan huruf cetak lebih dulu.
Contoh penerapan metode SAS :
ini bola adi
bola
bo la
b o l a
bo la
bola
ini bola adi